.

.

Friday, September 22, 2006

A Great Rescue

Hari ini gw dapet email, yang isinya cukup menggugah hati gw untuk melakukan hal yang sama seperti dia. Salut untuk temen gw ini...!! Gw jadi inget kejadian sekitar 1 tahun yang lalu ketika temen gw ini, Isnanto, kecelakaan di kalimalang karena bertabrakan dengan mikrolet, dan gak ada yang nolongin satu orang pun, sampai akhirnya gw, andry, barly, fajar datang untuk memberi pertolongan. Trus gw anter die ke klinik terdekat untuk mbersihin luka-lukanya, trus gw nyari mobil bak terbuka biar bisa ngangkut motor dia ke bengkel dekat rumahnya, dan sampai kita mengantar ke bengkel trus ke rumahnya. Memang, menolong sesama tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata rasanya. Senang, sedih, kesel semua bercampur aduk jadi satu. Tapi yang pernah gw rasain, gw merasa berguna bagi orang yang gw tolong. Semoga kejadian-kejadian tadi bisa lebih menggugah rasa kemanusiaan kita terhadap segala kejadian disekitar kita.

On 9/22/06, Isnanto Dahrojatun wrote:

Pagi ini saya berangkat jam 06.3x. Dengan asumsi kepadatan lalu-lintas seperti biasa bisa sampai senen jam 8 atau kurang dikit. Dalam perjalanan biasa-biasa saja, gak ada yang terlalu mencolok sejak keluar gerbang sampai masuk lampu merah yang mau ke fly over klender. Lalu lintas yang padat bikin ati gampang panas tapi kepala diusahakan tetap dingin. Sampai pas nanjak fly over klender kok tersendat-sendat. Ternyata benar ada kecelakaan. Ada kepala ikan bandeng di tengah jalan, dan seorang ibu diangkat ke pinggir jalan untuk mengamankan. Beberapa meter kemudian seorang laki-laki berperawakan tegap berambut cepak dengan setelan safari sudah ditidurkan dengan kepala diganjal tasnya.

Wah, kecelakaan! Aku harus mbantu. Tak lihat si ibu menderita patah tulang kaki kiri sedikit di atas mata kaki. Alhamdulillah patah tulang tertutup [kalau gak salah namana fraktura tertutup]. Setidaknya aman dari debu dan kotoran. Sementara sikunya baret-baret dan tidak terlihat ada luka lainnya. Korban belum bisa ditanyai apa-apa. Saya kemudian beralih ke pengendara yang motor yang juga tergeletak sepertinya luka dalam. Tapi dengan helem half face standar jupie MX agaknya kepala gak ada masalah. Motor karismaX masih tampak mulus rusak di tebeng ki-ka dan tidak ada tanda-tanda kerusakan fatal.

Selama itu hampir gak ada satu hal pun yang kuperbuat. Akhirnya saya coba tawari ibu itu untuk saya antar ke rumah sakit dan langsung saya coba hentikan taksi. Dia mau mengantar asalkan saya janji ikut mengantar. Lalu lintas makin padat dan klakson mulai ramai. Akhirnya [bak tukang parkir] saya tuntun taksi ke bahu jalan. Pendapat saya tidak sejalan dengan banyak orang, dan mereka lebih memilih untuk menahan korban siapa tahu mau dibawa ke tukang urut dan tidak ke rumah sakit. (Whhalah. Pusing!) Ya udah kepikir tu sopir taksi tak kasih duit sekedarnya dan saya suruh jalan. Pas ambil duit di motor itu baru kelihatan, "Wah, helm perlu diamankan juga nih!" Setelah masukin box baru deh tak suruh dia jalan.

Kembali ke pengendara, ternyata sudah ada yang bisa menghubungi entah keluarga atau tempat kerjanya. Namanya gak jelas, tapi kelihatan tulisan 'security'. Dia masih diam tak bergerak ataupun bicara. Shock atau luka dalam, gak tahu. Sempat kepikir untuk mengambil SIM atau identitas lain penabrak untuk dipegang korban. Tapi belum maksud tertunaikan sudah ada polisi datang. Pak Surip. Sudah ada yang memberi korban air putih. Segera saya lapor si korban patah tulang dan pengendara motor yang tertabrak juga tak bisa bergerak. Tidak lama kemudian dia memanggil teman polisi dan datang dua polisi dengan mobil kijang tua. Bebang mental dan moral sudah berkurang. Setelah bercakap-cakap sebentar dengan polisi, akhirnya sepakat keduanya dibawa ke RS Persahabatan, rumah sakit terdekat. Polisi mendatarkan tempat duduk dan hendak membawa keduanya dalam mobil polisi itu. "Pak, korban yang patah tulang gak bisa di situ pak. Gimana kalau dibawa pakai taksi saja biar di belakang kakinya bisa diluruskan. Biar saya yang bayar taksinya." Yang ada di kepala, kalau ada kayu atau barang panjang lainnya pasti tak bikinin torniket. Tapi ya udah lah.... Pak polisi segera menghentikan taksi yang pertama dilihat, terlihat sopir taksi rada kecut mukanya. Mungkin takut kalau taksi kena noda darah. Tapi setelah itu saya lantas bilang ke sopir taksi untuk membawa korban ke RS Persah abatan dan saya yang bayar argonya.

Akhirnya "konvoi" kecil mulai berjalan. Seorang polisi membawa motor karismaX yang nabrak, dua orang lagi di mobil. Begitu rombongan berjalan, korban harus dibawa segera ke rumah sakit untuk penanganan awal. Jangan sampai lebih banyak kerusakan terutama pada otot dan lainnya. Akhirnya segera nyalain flasher dan kawal satu mobil kijang polisi dan taksi. Si taksi lupa menyalakan hazard dan setelah saya minta menyalakan lampu hazard, jadilah konvoi kecil ini jalan. Inisiatif untuk membuka jalan timbul dengan sendirinya dan jadilah KHCC mengawal polisi :D. Dengan modal klakson stebel nautillus dan belajar dari kawan-kawan pas touring, saya beranikan diri untuk mau membuka jalan dan menjaga taksi tidak keluar dari rombongan. Motor, bajaj, dan angkot meski enggan mau mengalah, dan untuk meminta maaf sekaligus berterimakasih, saya kasih jempol aja. Di pertigaan saya beranikan diri untuk menghadang lalu lintas yang bisa mengganggu rombongan. Dan jarak yang dekat tidak terlalu memeras tenaga meskipun lalu lintas cukup padat.

Sampai di rumah sakit langsung masuk ke UGD dan minta paramedis siap untuk penanganan patah tulang. Di ruang IGD baru kesadaran korban mulai pulih, bisa ditanya nama dan alamatnya. Ny. Julaeha, Jl. Sawo No. 6A3 Rawamangun. Dari mulutnya terdengar erangan dan lebis sering istighfar dan lainnya. Berarti kesadarannya memang sudah kembali. Sementara pengendara motor masih diam tanpa gerakan tanpa suara.

Entah karena simpati ke ibu itu atau karena agak mangkel sama si pengendara itu, yang tak daftarin Cuma si ibu itu aja. Dan setelah si ibu mendapat pertolongan pertama [dikasih torniket] dan dokter mulai mengerjakan berkas si ibu saya berpamitan ke pak polisi. Setelah perbincangan kecil dan kenalan sekedarnya pak polisi mengucapkan terima kasih dan saya pun berjalan ke tempat kerja, dan tentu saja, dengan lebih berhati-hati lagi.

Pelajaran:

1. Berhati-hati terhadap korban kecelakaan jauh lebih penting daripada langsung memindahkan korban tanpa melihat kondisinya. Dalam kasus patah tulang, diusahakan jangan sampai patah tulang tertutup menjadi terbuka karena kelalaian penolong.

2. Lebih mudah membantu kasus kecelakaan dengan melibatkan polisi daripada mengajak mereka berdamai, terlebih dalam hal pihak yang terlibat kecelakaan tidak bisa berinteraksi.

3. Jika ingin meluangkan waktu lebih, bisa ikut mengantar dan segera mendaftarkan korban ke rs. Karena ternyata dokter belum bisa kerja sebelum berkasnya siap [mencatat keterangan si korban].

4. ...

5. Berhati-hatilah di jalan kawan.



-

mighty duck

KHCC #057